Rabu, 23 Juni 2010

Serangga sebagai nama Surah Al-Quran

Tiga serangga kecil menjadi nama dari tiga surah di dalam Al-Quran, yaitu semut (An-Naml), laba-laba (Al-Ankabut), dan lebah (An-Nahl).

Semut menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Konon, binatang kecil ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun, sedangkan usianya tidak lebih dari satu tahun. Ketamakannya sedemikian besar sehingga ia berusaha-dan seringkali berhasil- memikul sesuatu yang lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu tersebut tidak berguna baginya.

Dalam surah An-Naml antara lain diuraikan sikap Fir'aun, juga Nabi Sulaiman yang memiliki kekuasaan yang tidak dimiliki oleh seorang manusia pun sebelum dan sesudahnya.

Lain lagi uraian Al-Quran tentang laba-laba : Sarangnya adalah tempat yang paling rapuh, ia bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana akan disergapnya dan binasa. Jangankan serangga yang tidak sejenis, jantannya pun setelah selesai berhubungan seks disergapnya, dibinasakan hingga musnah oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Sebuah gambaran yang sangat mengerikan dari sejenis binatang.

Lain halnya lebah, memiliki insting yang dalam bahasa Al-Quran - " atas perintah Tuhan ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal" (QS 16 : 68), dan sarangnya dibuat berbentuk segi enam, bukannya segi empat atau segi lima agar tidak terjadi pemborosan tempat. Yang dimakannya adalah bunga-bunga dan tidak seperti semut yang menumpuk-numpuk makanannya, lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya adalah lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja, dan segala yang tidak berguna disingkarkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu kecuali yang mengganggunya, bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat.

Sikap hidup manusia seringkali diibaratkan dengan berbagai jenis binatang. Jelas ada manusia yang "berbudaya semut", yaitu menghimpun dan menumpuk materi tanpa disesuaikan dengan kebutuhannya. Ada juga manusia yang "berbudaya laba-laba", yaitu mereka yang tidak lagi butuh berpikir apa, di mana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah "siapa yang akan mereka jadikan mangsa."

Nabi Muhammad saw. mengibaratkan seorang Mu'min sebagai lebah, Tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat, dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya.

Mampukan kita menjadi ibarat lebah...bukan semut apalagi laba-laba?

Semoga Allah swt. memberikan TaufiqNya kepada kita, Amin.

Baca Selengkapnya......

Senin, 21 Juni 2010

Tetaplah Ridha, Walaupun Pahit!

Seseorang dari Bani 'Abas mencari untanya yang hilang selama tiga hari sampai tidak pulang. Ia sudah berusaha mencari ke mana-mana. Padahal dia orang kaya dan memiliki segalanya. Harta dan keluarganya berada di sebuah rumah yang mewah. Mereka hidup enak, aman, dan tenang. Tidak pernah terpikir oleh mereka bahwa sebuah bencana bisa saja mengancam mereka.

Semua keluarganya, baik yang tua maupun yang kecil tertidur. Mereka hidup di tengah-tengah gemerlapnya kekayaan, sementara bapak mereka sedang tidak ada, mencari untanya yang hilang. Pada saat itulah Allah mengirimkan banjir menerjang bukit-bukit tanpa ampun, dan itu terjadi di akhir malam. Semuanya hanyut, rumah-rumah mereka lenyap, harta mereka ludes, dan semua anggota keluarganya hanyut terseret derasnya air. Kini semuanya tinggal bekas, seakan-akan mereka tidak pernah ada. Yang ada hanyalah tinggal cerita dari mulut ke mulut.

Setelah selama tiga hari mencari untanya yang hilang, si bapak ini kembali ke lembah tempat tinggalnya semula. Tapi betapa terkejutnya, dia tidak mendengar suara orang bicara, tidak ada kehidupan, dan tidak ada keceriaan seperti saat ditinggalkannya. Tempat itu hening.
Sungguh sebuah bencana yang sangat berat, tak ada lagi isteri, tak ada lagi anak-anak, tak ada lagi unta, tak ada lagi sapi, tak ada domba, tak ada dinar maupun dirham, tak ada pakaian. Tak ada apa-apa lagi. Sungguh sebuah musibah yang menghancurkan.

Satu-satunya yang tersisa adalah seekor unta yang lepas begitu saja. Dikejarnya unta itu. Ketika hampir tertangkap, unta tersebut menendang wajah orang itu, dan membuatnya buta. Orang itu pun berteriak-teriak dengan harapan ada orang yang akan membawanya ke tempat yang bisa dijadikan untuk berteduh dari panasnya matahari dan dinginnya malam.

Selang beberapa hari kemudian, semua itu terdengar oleh seorang Badui. Dihampirinya orang itu dan dituntunnya. Kemudian si bapak buta ini dibawa menghadap Al-Walid ibn 'Abdul Malik, khalifah di Damaskus. Orang itupun menceritakan kejadian yang menimpa dirinya. Kata Al-Walid, "Lalu bagaimana sikapmu?" Jawab si bapak, "Aku ridha kepada Allah."

Sebuah kalimat yang sangat agung, yang diucapkan oleh seorang Muslim yang dalam hatinya terdapat tauhid. Ia menjadi nasihat bagi orang-orang yang mencari nasihat, dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.

Baca Selengkapnya......

Sesungguhnya Rizki Datang Tiada Terduga!

Ada seorang lelaki yang sedang putus asa, semua pintu rizki tertutup baginya. Bahkan, suatu hari dia dan keluarganya tidak makan karena tidak ada apa-apa di rumahnya. Katanya, "Pada hari pertama, saya dan keluarga saya kelaparan. Pada hari kedua, juga sama. Tatkala matahari hampir tenggelam istri saya berkata kepada saya, 'Pergilah kamu, pergi dan carilah rizki buat kami atau apa saja yang bisa dimakan, sebab kali ini kita hampir mati'."

"Saya pun teringat kepada seorang wanita kerabat dekat saya. Saya ceritakan perihal yang sedang kami alami. Wanita itu berkata, 'Saya tidak punya apa-apa selain ikan yang telah busuk ini,' Kata saya, 'Berikan itu kepada kami sebab kami hampir mati karena kelaparan'.

Ikan itu saya bawa, dan membelah perutnya. Ternyata di dalam perut ikan itu terdapat mutiara. Mutiara itu saya jual seharga seribu dinar. Kemudian hal itu saya beritahukan kepada wanita kerabat saya tadi. Kata dia, 'Saya tidak akan mengambil apa-apa kecuali bagian saya'.
Setelah itu saya menjadi kaya. Rumah saya lengkapi dengan perabotan, kehidupanku mulai membaik, dan jalan rizkiku menjadi semakin lapang."

" Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan."
(QS. An-Nahl : 53)

Baca Selengkapnya......